Kamis, 17 November 2016

Resensi Novel Prelude : Nada Rahasia Cinta


Image result for resensi novel prelude

Judul                : Prelude: Nada Rahasia Cinta
Pengarang        : Sam Umar
Penerbit           : teen@noura (NouraBooks)
Tebal                : 267 hlm
Cetakan 1        : April 2014
ISBN               : 978-602-1306-18-5


Sinopsis:
            Bach festivalFestival Musik Klasik
            Sesuatu memang harus diungkapkan supaya enggak ada rasa sakit

            Ada dua impian Tina. Kuliah musik di Leipzig dan menyaksikan Festival Bach. Satu per satu impiannya terwujud. Dia pun belajar selo dengan Maria Tan, pemain selo profesional idolanya. Dia juga dekat dengan Hans, seniornya yang jago main keyboard.

            Dan saat musim panas menjelang, Tina semakin bahagia. Akhirnya Fesstival Bach! Tina memilih Prelude dari Cello Suite No. 1 untuk audisi festival. Dan ternyata, karya inilah yang menguak rahasia-rahasiatentang siapa sebenarnya Maria Tan, juga tentang perasaan Hans yang sesungguhnya.


Comment:
            Novel musikal pertama yang saya baca ini adalah terbitan NouraBooks (teen2noura) yang seri festival. Menceritakan tentang Tina yang sukses meraih mimpinya untuk bisa belajar musik (terutama selo) di Leipzig, Jerman. Memperkenalkannya pada seorang sahabat bernama Hans, serta seorang dosen favorit yang juga pemain selo profesional bernama Maria Tan. Hal itu juga memberinya kesempatan untuk turut audisi guna meramaikan Festival Bach, yang akan memperdengarkan kembali karya-karya komponis Jerman, Johann Sebastian Bach pada musim panas ini. Sebenernya buku ini menambah pengetahuan saya tentang musik klasik dan tentang Bach sendiri. Walaupun sebenarnya nggak ngerti-ngerti amat sih, mungkin karena saya nggak begitu tertarik dengan musik klasik kali ya. Tidak banyak sih yang bisa diceritakan kembali dari buku dengan cover meriah ini. Karena di dalamnya kebanyakan berisi informasi mengenai Bach dan karya-karyanya, yang dikemas dalam bentuk cerita menarik yang memadukan narasi serta dialog dalam menjelaskannya. Meskipun jujur aja, saya sempet beberapa kali mengantuk dan bosan saat membaca bagian itu, hihihihiii.

            Meski tak melulu tentang musik, cerita yang mengiringi selanjutnya adalah kisah cinta segitiga antara Tina, Hans, dan Nadine. Tina yang selama ini diam-diam tertarik pada sahabatnya itu (meski dia tak menyadarinya sampai Nadine dekat dengan Hans), merasa tak nyaman dengan Nadine yang mengaku suka dan terang-terangan mendekati Hans. Lalu, yang membuat sebal, Hans sendiri sepertinya bimbang akan situasi itu. Akhir yang tidak begitu memuaskan untuk kisah cinta ini pun sempat membuat saya kecewa (segitu doang? gitu aja? Itulah reaksi saya setelah membaca akhir kisah cinta Tina-Hans-Nadine ini. Tapi ya sudahlah, mungkin karena fokus kisah ini lebih ke Bach dan musik-musiknya, serta kecintaan Tina sendiri pada Bach, jadi membuat kisah cinta ini terkesan ala kadarnya dan sedikit dipaksakan).

            Dan tentang Maria Tan, dosen cantik yang juga memiiliki kedekatan khusus dengan Tina karena mereka sama-sama bermain selo. Dan bagi Tina, Maria seperti seorang ibu yang selalu mendukungnya selama berkuliah di Leipzig. Karena ternyata, orangtua Tina telah lama berpisah dan gadis itu tak pernah tahu menahu siapa ibunya seumur hidupnya. Selama bertanya pada sang ayahpun, tak ada jawaban yang didapatnya hanya selain perintah untuk melupakannya saja. Meski akhirnya Tina berusaha mencari tahu dan menemukan jawaban atas segala pertanyaannya yang selalu diabaikan oleh ayahnya itu. Sebenarnya, saya sudah bisa menduga twist ini sejak pertama membaca backcover-nya. Dan tebakan saya benar. Hanya, saya sangat salah dalam membayangkan reaksi yang muncul dari tokoh-tokoh yang bersangkutan. Saya kira akan ada drama yang betul-betul drama, dalam artian, real life drama yang seharusnya terjadi saat sebuah kenyataan mengejutkan terungkap. Dan di sini, kesannya si Tina santai-santai saja menghadapinya. Baginya, seolah mudah saja menerima kenyataan yang seperti itu (atau saya-nya aja kali ya yang sukanya lari dari kenyataan dan mendramatisir,, wkwkwkwk).

            Tapi intinya sih, novel ini bagus untuk para penggemar musik klasik, tapi juga tak kalah menarik buat mereka yang nggak ngerti-ngerti amat tentang musik itu dan sejarahnya, karena kita justru diajak berkeliling Jerman untuk mengetahui jejak-jejak kehidupan komponis terkenal di dunia itu beserta karya-karyanya yang luar biasa. Nambah pengetahuan banget kan? Keren banget saat sang penulis bisa betul-betul menceritakannya dengan mendetail (kabarnya beliau juga komponis musik multimedia yang mengagumi Bach). Membuat saya jadi kepingin untuk mengunjungi Leipzig dan menyaksikan Festival Bach di sana (bukan buat kuliah sih, tapi jalan-jalan aja | ngimpi aja lo! | siapa tahu jadi nyata kan -_- ). Walaupun kisah-kisah yang melatarinya menurut saya agak kurang greget dan memuaskan. Dan ada salah satu kutipan yang saya suka dan dikatakan oleh Maria Tan.

.. kesempatan sebetulnya tetap terbuka , tetapi kita tidak pernah tahu kapan hal itu akan datang.. Peluang itu ada karena tentunya saya sudah siap untuk menerimanya hal.57


            Mengajarkan kita untuk tak pernah menyerah dalam berusaha dan berlatih untuk mengasah passion kita. Karena kita memang tak pernah tahu kan, kapan kesempatan akan datang kepada kita. Dan disiplin dalam beratih juga membuat kita menjadi siap dalam menerima kesempatan yang ada. Kita belajar dari Tina yang tak pernah menyerah menggapai mimpinya dalam meraih pendidikan di negeri kelahiran komponis favoritnya dan terus berlatih agar permainan selo-nya semakin mahir dan memukau, sehingga ia bisa meraih satu lagi impiannya yang terbesar, yaitu mengikuti Festival Bach. Dua bintang untuk novel kece ini .



Kamis, 17 November 2016
Sumber : https://storyofdeika77.wordpress.com/2014/08/20/prelude-nada-rahasia-cinta/

Kamis, 10 November 2016

Sinopsis Novel Hujan Tere Liye

Tentang persahabatan
Tentang cinta
Tentang melupakan
Tentang perpisahan
Tentang hujan

Hujan, Tere Liye
320 halaman, Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Pertama, Januari 2016
ISBN 9786020324784


* * * *

Siapa yang tak tahu siapa Tere Liye? Penulis berbakat yang karyanya selalu ditunggu banyak pembaca. Atau marilah kita lihat sinopsis di belakang buku. Begitu ringkas. Persahabatan, cinta, melupakan, perpisahan, dan... hujan.

Ada apa gerangan tentang hujan?

Novel ini sebenarnya novel romansa dengan balutan science fiction. Hujan pun dibuka oleh keinginan Lail menghapus memorinya tentang seseorang, yang mana ia meminta bantuan Elijah. Kemudian Lail mengingat alasan kenapa ia harus menghapus memorinya tersebut, dan ia pun menceritakannya kepada Elijah.

Cerita dimulai saat Lail ingin berangkat sekolah, di tahun 2042, saat breaking news tentang krisis air begitu mengkhawatirkan penduduk bumi. Lail, yang kala itu masih kecil, belum mengerti. Sampai akhirnya bencana itu terjadi. Bencana yang membuatnya jadi anak yatim piatu.

Dan saat itulah ia bertemu Esok, pemuda baik yang menjadi sosok kakak untuk Lail. Lail dan Esok adalah anak-anak berbakat yang memiliki keterampilan.

Tere Liye mengisahkan kisah ini dengan begitu menyenangkan. Saya diajak berimajinasi tentang bumi di masa depan. Saya diajak bertualang bersama Lail dan Maryam, sahabat Lail dengan rambut kribo, dalam melewati tes. Saya ikut khawatir dengan hujan yang berbahaya. Saya ikut cemas memikirkan nasib Lail dan Esok. Saya ikut waswas dengan akhir cerita pasangan ini.

Ya, novel ini amat sangat saya rekomendasikan. Di sini, menurut saya, Tere Liye begitu menjelaskan perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam menata hati. Dan yang paling membuat saya ikut tenggelam dalam cerita ini adalah saat menuju akhir cerita. Syukurlah, saya begitu lega saat menamatkan novel ini.

Hujan sangat layak dibaca. Novel ini mengajarkan kita bagaimana harus berjuang. Bagaimana seharusnya manusia bersikap untuk terus melangkah, menghargai persahabatan, menghargai cinta, dan yang paling penting... bagaimana manusia seharusnya memiliki keikhlasan.


Mungkin sama seperti Lail, hujan memiliki melankoli atau kenangan tersendiri bagi kita.



Kamis, 10 Nopember 2016
Sumber : http://www.omnivoreader.com/2016/01/36-hujan-by-tere-liye.html

Rabu, 09 November 2016

Resensi Novel Perfect Scenario By Kezia Evi Wiadji

Image result for novel perfect scenario

Judul Buku      : Perfect Scenario
Penulis             : Kezia Evi Wiadji
Penerbit          : Gramedia Pustaka Utama
Terbit              : 14 Sept 2015
Harga              : Rp 55.000
Tebal               : 280 hlm
Ukuran             : 13 x 20cm
Cover               : Softcover
ISBN                : 978-602-03-2088-5
Available at: bukupedia.com


Dengar ya, kita harus pacaran!
HAH?
Mulai detik ini lo pacar gue. Dan selama itu lo gak boleh jalan dengan cowok lain!
Eh, kamu kesurupan ya, tiba-tiba ngomong aneh begitu?!
Gue sadar seratus persen. Jadi, dengar—“
Sori, aku nggak mau!
Heh! Jangan ge-er dulu. Gue sebenernya juga nggak mau pacaran sama lo. Tapi kali ini, mau nggak mau, kita harus!

***
Ajakan kencan ini akan membahagiakan Finda seandainya ia menyukai Farel. Seandainya Farel bukan duri dalam dagingnya. Seandainya Finda tidak menyukai Niko (teman baik Farel). Dan seandainya Farel tidak sedang berkencan dengan Novi. Tetapi, ajakan kencan jauh dari romantis yang disodorkan Farel ini harus diterima Finda karena mereka mempunyai tujuan yang sama, yaitu membatalkan pernikahan orang tua mereka.

           ***
Diambang batas benci, kudapati setitik rasa
Untuk kalian yang mempunyai musuh bebuyutan
Finda dan Farel. Dua tokoh yang berteman sejak kecil ini bukanlah sahabat seperti kebanyakan orang yang telah menjalin hubungan pertemanan sejak kecil. Tapi, hubungan yang terbangun antara mereka sejak kecil adalah hubungan antara musuh dengan musuh. Yak, mereka adalah musuh bebuyutan. Farel yang kebetulah pindah di sebelah rumah Finda, dan kemudian keluarga mereka menjadi sangat dekat dengan keluarga Finda.
Kemudian, hubungan musuh bebuyutan itu harus dilupakan sejenak demi mencapai keinginan bersama. Atau mungkin lebih tepatnya ini adalah keinginan Farel seorang. Yap, Farel menginginkan dirinya dan Finda untuk berkencan, dimana hal ini dilakukan karena ia tidak mau ayahnya menikahi mama Finda. Padahal saat ini Farel sedang mengencani Novi, dan diam-diam Finda juga menyukai teman baik Farel sendiri, yaitu Niko. Skenario ini awalnya ditolak mentah-mentah oleh Finda. Sampai Farel mengemukakan alasan yang akhirnya membuat Finda menyetujuinya. Awalnya rasa benci antara musuh dan musuh itu masih menjadi warna dihubungan skenario mereka. Farel yang mengantar Finda ke sekolah, Farel yang mengantar Finda pulang, dan Farel yang mengencani Finda saat malam minggu, semua dilakukannya hanya untuk menunjukkan bahwa skenario mereka nyata. Sampai akhirnya warna kebencian itu berubah semenjak keluarga Farel dan keluaraga Finda pergi berlibur bersama. Mereka menjadi sangat kompak. Tidak ada lagi protes dari Finda setiap Farel ingin menjemputnya dan mengantarnya ke sekolah. Skenario inipun sedikit demi sedikit mulai berjalan ke arah perfect. Namun, apakah benar akhir skenario ini akan memuaskan kedua belah pihak? Lantas, apa juga alasan dibalik Farel yang tidak menginginkan ayahnya menikahi mama Finda? Apakah skenario ini akan berhasil?

           ***
Namun tidak hanya kisah cinta mereka saja yang menghiasi buku ini. Kisah kekeluargaan masing-masing tokoh juga menambah keapikkan buku ini. Kisah favorite saya dalam buku ini adalah sewaktu keluarga Farel dan Finda pergi berlibur bersama. Beberapa bab yang menjadi bahasan liburan ini sangat saya nantikan. Bagi saya, kisah liburan ini adalah awal yang membuat hubungan Farel dan Finda semakin menarik untuk dibaca. Setelah liburan ini, kisah-kisah di tengah skenario mereka semakin menjadi.

 Fin, gue mau menyempurnakan skenario itu. Lo mau ikut berperan di dalamnya, kan? Farel to Finda (hlm 272)




Rabu, 9 November 2016
Sumber : https://twinieblio.wordpress.com/2016/03/16/resensi-perfect-scenario-by-kezia-evi-wiadji/

Resensi Novel Tahajud Cinta di Kota New York

Tahajud Cinta di Kota New York

**Perjuangan Dara Paramitha memperbaiki masa lalunya**


Judul           : Tahajud Cinta di Kota New York
Penulis        : Arumi E
Penerbit      : Zettu
Terbit          : 2013
Tebal           : 420 halaman
ISBN          : 978-602-7735-53-8

Mengenakan kerudung di tengah lingkungan bebas memang penuh rintangan. Seorang gadis asal Indonesia yang kuliah di kota New York bernama lengkap Dara Paramitha ini ingin memperbaiki hidupnya di masa lalu ketika bertemu Aisyah Liu, seorang muslimah asal Ningxia Hui di China, keturunan suku Hui yang mayoritas beragama Islam yang sama-sama sekampus dengannya.

            Mereka bertemu hingga dekat berawal saat Dara membela Aisyah yang dipermainkan oleh teman sekelasnya sendiri, Brian, hanya karena penampilan Aisyah, Brian memang sering sekali meledek cara berpakaian Aisyah. Awalnya Dara hanya ingin membantu agar Aisyah lebih terbuka dan bergaul dengan banyak teman.

            Aisyah Liu, gadis berkerudung yang penampilannya beda daripada yang lain, tak banyak yang memakai kerudung di kampus. Saat di Indonesia, Dara sering melihat gadis-gadis muslim memakai kerudung tampak trendi. Sedangkan Aisyah, memakai kerudung dengan cara yang sederhana. Kerudung gadis itu tebal dan lebar, dilipat menjadi bentuk segitiga. Ia pasang simetris menutupi rambutnya, lalu hanya diberi peniti tepat di bawah dagunya. Kerudung itu menutupi bahu, dada dan punggungnya.

            Saat Dara mengomentari penampilan Aisyah di kantin kampus, kerudungmu itu yang membuatmu mencolok. Tidak banyak gadis yang memakai kerudung di kampus ini. Kau pendiam sekali, membuat orang yang melihatmu jadi menduga-duga kau punya rahasia apa di balik kerudung panjangmu. Aku juga muslim, tapi kau lihat sendiri, penampilanku berbaur dengan yang lainnya. Sedangkan kamu tampak seperti orang asing di sini.” ( hal 6-7).

            Aku memang orang asing di sini, aku bukan warga Amerika. Tapi aku tak mau berpakaian ala gadis Amerika hanya supaya diterima dalam pergaulan kampus. Aku seorang muslimah yang ingin menjaga kehormatanku dengan berpakaian sopan dan tertutup. Maaf jika penampilanku terlihat aneh.” (hal 7)

            Obrolan itu pun semakin panjang. Dara juga baru tahu kalau di kampusnya ada pengajian, ia tak menyangka masih ada mahasiswa yang berminat mengaji di sini. Dara hanya tersenyum, dalam hati ia merasa malu, karena sebagai Warga Negara Indonesia yang beragama Islam. Ia akui, kalau ia bukanlah penganut Islam yang tekun beribadah seperti Aisyah Liu. Apalagi semenjak kuliah dan tinggal di New York. Ia semakin jarang shalat. Bahkan saat bulan Ramadhan di kota ini, ia tak sanggup ikut berpuasa enam belas jam lamanya.

            Enam bulan kemudian, gadis bertopi bundar, selalu berpakaian terbuka dan berusia dua puluh satu tahun bernama Dara itu sudah memulai mengenakan kerudung. Ia yakin dengan keputusannya ini. Ia sudah mempertimbangkannya selama sebulan dan mempelajarinya selama empat bulan penuh. Dara tak tahu apa konsekuensi yang harus ia hadapi setelah ia berubah. Tapi menurutnya, ini adalah perubahan menjadi lebih baik. Apa salahnya?

            Saat Dara mengenakan kerudung. Aisyah berkata untuk memastikan apakah Dara sudah benar-benar siap atau belum, “setelah kamu mengubah penampilanmu, kamu tidak boleh lagi menghindari pesta-pesta di klub malam. Tak boleh lagi kencan dengan seorang cowok. Apa kamu sanggup Dara?” (hal19)

            Dara tersenyum.
            Sudah puluhan kali kamu menanyakan itu, Aisyah. Kamu dan Hajjah Safina sudah berulang kali juga menjelaskan tentang ini padaku, kan? Aku sudah tahu segala konsekuensinya dan aku siap menanggungnya.” (hal 19)

            Aisyah memperkenalkan Dara dengan pengajian kampus, padahal selama di Indonesia, dia tak pernah mengikuti pengajian di mana pun. Setelah Dara menyimak penjelasan Al-Quran mengenai kedudukan wanita dalam Islam, kini ia memahami betapa agama Islam justru menjaga dan menjunjung tinggi kehormatan wanita. Keharusan berpakaian serba tertutup bagi seorang muslimah menjadi masuk akal bagi Dara.

            Keadaan pun berbalik. Awalnya Dara ingin membuat Aisyah Liu menjadi gadis yang lebih gaul dan bergaya sedikit modern. Kenyataannya, Aisyah tak bisa berubah. Ia tetap diam dan caranya memakai kerudung tetap sederhana. Justru Dara yang mulai terpengaruh gaya hidup Aisyah yang sangat Islami, berpakaian serba tertutup dan tampil bersahaja.

            Dara kemudian teringat pada orangtuanya nanti jika melihat penampilannya berubah menjadi serba tertutup dan berkerudung. Dan yang paling membuatnya tak tenang adalah Keira, teman sekamarnya dan sekaligus sahabatnya yang berasal dari Indoensia juga. Gadis yang sangat menikmati super modern dan bebas di New York, yang hobi dansa di klub malam, yang teman kencannya selalu berganti-ganti, persis dengan Dara enam bulan yang lalu saat belum bertemu dengan Aisyah Liu. Keira pasti yang paling kaget melihat penampilan baru Dara.

            Ternyata benar, Keira tak percaya kalau teman sekamarnya mengenakan kerudung dan pakaian yang gombrang. Selama ini Dara selalu modis dalam berpakaian. Selama beberapa hari itu pun, Keira dan Dara tak pernah bertegur sapa, karena setiap Keira ajak ke klub malam, Dara selalu menolak.

            Ditambah dengan Brian, yang mengidolakan Dara selama ini, dia merasa kecewa dengan penampilan Dara yang serba tertutup.

            Dara terus berjuang meninggalkan masa lalunya, menghadapi dengan kuat dan sabar setiap mendapat kritikan bahkan hinaan dari sahabatnya, Keira. Saat bangun dari tidurnya di sepertiga malam, Dara selalu menyempatkan untuk shalat sunnah Tahajud, namun karena Keira sahabatnya itu selalu marah ketika mendengar suara Dara di sepertiga malam, Dara selalu bersikap hati-hati dan tidak menimbulkan gaduh sedikit pun. Ditambah saat Dara berpuasa pun, sahabatnya tak henti meledeknya, biasanya Dara yang tak pernah berpuasa, Dara kali ini benar-benar berubah di mata Keira. Keira semakin kesal pada sahabatnya itu. Namun tetap saja, Dara selalu tersenyum dan menjawab ramah kepada Keira. Keira sebenarnya tidak membenci Dara, hanya saja benci dengan perubahan Dara.

            Keira mulai berbaikan dengan Dara karena menyukai Richard teman sepengajian Dara yang baru masuk islam juga, namun lebih dulu dari Dara. Demi mendekati Richard, Keira sampai membela-belakan dirinya ikut pengajian dan setiap ada acara yang berhubungan dengan agama, Keira selalu menyempatkan waktunya ikut.

            Novel ini semakin menarik ketika hadir sosok Brad Smith seorang pianis yang dipertemukan dengan Dara dengan cara mengesankan. Dara pertama kali dipertemukan dengan Brad ketika Dara ditodong dan dirampok, bisa dibilang Brad adalah seorang hero bagi Dara. Karena dipertemuan selanjutnya, Dara selalu bertemu dengan Brad ketika menyelamatkannya.

            Semakin Brad mengenal Dara, ia semakin tertarik pada gadis ini. Begitu pun Dara, awalnya dia merasa risih karena Brad selalu mengikutinya dan jalan berdua dengannya. Dara merasa Brad selalu mengganggu perasaannya. Sampai pada suatu saat Brad mengajak Dara kencan, di sinilah Dara mulai mengenalkan bahwa agamanya tidak memperbolehkan seorang gadis berkencan dan apalagi pacaran. Hingga akhirnya Brad pun meminta Dara menjadi istrinya.

            Aku jatuh cinta padamu dan ingin menikah denganmu Dara, ucap Brad. (hal 307)
            Please, Brad. Jangan menuruti keinginan sesatmu. Nanti kau menyesal. Lagipula, aku tak mungkin menikah denganmu, Brad. I am Sorry, sebaiknya kau jangan mengharapkan aku lagi, sahut Dara masih menolak Brad. ( hal 307)

            Mengapa tidak mungkin? Memangnya apa salahku? Kenapa aku tak pantas menikah denganmu?” tanya Brad. (hal 307)

            Tidak ada yang salah denganmu, Brad. Aku tahu kamu baik. Tapi perbedaan kita terlalu banyak. Aku seorang gadis muslim, tidak boleh menikah dengan laki-laki yang tidak seagama denganku. Ini adalah peraturan yang tak boleh dilanggar.” (hal 307)

            What are you kidding me? Aku masih menerima kamu dilarang pacaran. Tak boleh pergi berdua bergandengan tangan atau berciuman. Tapi kau juga tak boleh menikah denganku hanya karena aku tidak seagama denganmu? Peraturan macam apa itu? Di jaman modern ini masih ada peraturan kuno seperti itu?” (hal 307-308)

            Ini bukan peraturan kuno, Brad. Tapi memang begitulah yang disyaraktkan agamaku. Dan aku memilih untuk taat dengan peraturan agama-agamaku. Aku taat karena aku yakin dengan kebenarannya,” sahut Dara. (hal 308)

            Jadi ... dengan kata lain, kita tidak mungkin menikah kecuali kalau aku juga menjadi seorang muslim? tanya Brad. (hal 308)

            Dara mulai mengenalkan agama Islam pada Brad, Brad pun akhirnya mengerti dan mau mempelajari agama Dara. Hingga entah mengapa hatinya merasa tersentuh ingin memasuki agama Islam. Brad bilang, keinginannya masuk Islam bukan karena ia mencintai Dara, namun karena ia benar-benar yakin kalau Islam adalah agama yang tepat untuk diantunya.

            Namun Dara juga dihadapkan pada suatu pilihan. Richard yang mengutarakan isi hatinya pada Dara dan ingin agar Dara menjadi istrinya sudah lama, seorang muslim yang dulu pernah dikagumi Dara. Begitu  pun Brad yang sudah lama dan berusaha untuk mengambil hati Dara dan mempelajari agama Islam. Dara juga merasa ia selalu diganggu perasaannya.

            Siapakah yang akan Dara pilih? Brad atau Richard?


Novel “Tahajud Cinta di kota New York” ini benar-benar membuat saya takjub dan berdecak kagum. Ini adalah novel yang sangat menginspirasi buat saya, menyuguhkan berbagai konflik yang membuat seorang Dara malah lebih kuat dan teguh pada keputusannya mengenakan kerudung. Selain best seller, dan lebih menakjubkannya lagi, novel ini juga akan diangkat ke film layar lebar. Dan novel ini sudah ada sekuelnya berjudul Hatiku Memilihmu. Sudah beredar di seluruh toko buku Indonesia. 






Rabu, 9 November 2016

Resensi Novel Polkadot Love Lebih dari Memilih Hati


Image result for novel polkadot love


Judul                       : Polkadot Love Lebih dari Memilih Hati                 
Penulis                    : Melia Love
Penerbit                  : Senja
Tahun Terbit           : 2014
Tebal Halaman        : 255 halaman
Harga                     : Rp 38.000,00

Novel ini adalah novel yang bertema romantis, yang membuat pembaca hanyut terbawa suasana. Di dalam novel ini pembaca juga disuguhkan dengan kisah-kisah lucu seputar tokoh. Di dalam novel ini dikisahkan bahwa ada seorang gadis SMA yang sangat tergila-gila dengan polkadot. Gadis cantik ini bernama Kara. Kara anak yang ramah, dia keturunan Swedia-Indonesia. Parasnya yang cantik dan semampai pastilah membuat cowok-cowok menyukainya. Namun, kebanyakan cowok disekolahnya mundur teratur karena tidak tahan dengan segala polkadotnya.
Kara terkenal dengan segala jenis bulatan, dari tas yang dipakai, pita rambut, jam tangan, juga kipas yang sering dibawanya.  Obsesi Kara atas segala jenis polkadot membuatnya suka dengan semua bentuk bundar-bundar ini, tidak hanya itu hampir semua benda yang dimiliki Kara pasti bermotif bintik-bintik, bulat- bulat, atau totol-totol.  Kara mempunyai sahabat bernama Dimas. Dimas memang sahabat Kara yang paling dekat, mereka bersahabat dari kecil. Dimas tak pernah mengeluh ataupun marah karena polkadotnya Kara. Mungkin sudah kebal, karena dari kecil ia melihat Kara seperti itu. Kara pernah berpacaran dan diminta cowoknya untuk menghilangkan hobinya itu, tentu saja Kara tak mau, bahkan rela putus untuk mempertahankan kesukaannya dengan polkadot. Gara-gara polkadotnya ini juga di sekolah Kara harus bermasalah dengan kakak seniornya yang bernama Lilan. Kara selalu di-bully oleh Lilan, meskipun kakak seniornya itu mengerahkan segala macam cara untuk merusak semua barang-barang polkadot Kara, namun Kara tak pernah takut dengan Lilan.
            Pagi  itu Kara berangkat lebih pagi dari biasanya, hati Kara berdebar-debar karena ia bertemu dengan seseorang murid baru yang sangat tampan, berkulit putih mulus layaknya anggota salah satu Boyband  Korea  yang melintas di hadapan Kara. Cowok itu bernama Jeremi. Entah mengapa Jeremi sangat ketakutan ketika bertemu dengan Kara, Jeremi seakan tidak berani membuka matanya dan berlari menjauhi Kara. Kara yang bingung segera masuk ke kelasnya. Hari demi hari berlalu, karena masih penasaran Kara selalu mencari tahu informasi yang berhubungan dengan  Jeremi, tak disangka ternyata Jeremi adalah sahabat dari Lilan. Berbagai cara telah dilakukan Kara untuk mendekati Jeremi. Kara membujuk Dimas agar membantunya mengumpulkan informasi mengenai Jeremi dengan berkenalan lebih dekat dengannya. Dimas bertanya dengan Jeremi mengapa ia selalu terlihat ketakutan ketika melihat Kara. Ternyata Jeremi mempunyai fobia kepada hal-hal yang berbau polkadot, dan ini dimilikinya sejak kecil.
Kara tidak kehabisan akal untuk mendekati Jeremi ia melepaskan barang-barang polkadotnya jika sedang berdekatan dengan Jeremi. Kara memang sangat menyukai Jeremi karena wajahnya yang sangat tampan. Namun Lilan selalu menghalanginya, Lilan tidak suka melihat kedekatan Kara dengan Jeremi. Kara memutar otaknya untuk meluluhkan hati Jeremi, ia tahu bahwa cinta yang tulus akan menerima seseorang yang dicintainya tanpa merubahnya menjadi orang lain. Karena itulah Kara berusaha dengan berbagai macam cara untuk menyembuhkan fobia Jeremi. Kara membawa Jeremi ke sebuah atap gedung pada malam hari untuk melihat indahnya cahaya lampu kota yang berbentuk bintik-bintik seperti polkadot. Awalnya Jeremi memang merasa ragu, tetapi  ternyata kali ini ia tidak merasa takut.
Namun hal itu tidak berlangsung sukses, Jeremi masih saja takut dengan bentuk-bentuk polkadot yang dimiliki Kara. Lilan yang selalu menenangkan Jeremi ketika fobianya itu kambuh. Lilan terlihat begitu lembut terhadap Jeremi. Kisah demi kisah telah terlewati, ternyata ada perasaan berbeda di hati Jeremi. Ternyata Jeremi menyukai Kara, ketika Jeremi ingin mengungkapkan perasaannya kepada Kara, konflik pun terjadi. Dimas yang sejak kecil menjadi sahabat Kara ternyata mencintai Kara dan Lilan yang sedari kecil menjadi sahabat Jeremi ternyata juga mencintai Jeremi. Kara menyadari bahwa Jeremi menyukainya hanya karena usaha Kara yang dengan tulus ingin mengobati fobia Jeremi. Dan Jeremi juga tersadar bahwa seseorang yang selama ini dengan tulus mencintainya adalah Lilan. Tak dapat dipungkiri perasaan yang selama ini tumbuh di hati Kara terhadap Dimas bukan sekedar sayang dari seorang sahabat namun lebih dari itu. Pada akhirnya tanpa disadari mereka menemukan cinta sejati masing-masing.Terkadang cinta itu memang butuh pengorbanan dengan melepaskan sesuatu yang telah dicintai lebih dulu. Tapi, terkadang juga tidak. . . .
Kelebihan dari novel ini adalah novel ini mengajarkan kita bahwa cinta yang tulus tak akan  pernah merubah seseorang yang dicintainya menjadi orang lain yang bukan dirinya. Dan persahabatan akan membuat hidup kita menjadi lebih berwarna. Novel ini membuat pembaca hanyut dalam cerita dan bahasanya yang mudah untuk dimengerti, begitu juga ceritanya yang jarang ditemui dan tidak mudah untuk ditebak. Novel ini juga ditulis dengan editing yang sangat ketat karena tidak ada satu pun kata yang salah ketik. Desain dan komposisi warna merah muda dan putih membuat buku ini terlihat cantik tidak hanya pada sampul buku, namun juga disetiap halaman yang membuat pembaca tertarik untuk membacanya.
Kelemahan pada novel ini adalah sesi ceritanya yang cukup panjang dan sedikit membosankan karena sebenarnya intinya hanya itu, namun diceritakan dengan kalimat yang panjang. Dan penggunaan kata serapan seperti gue atau lo yang sepertinya menunjukkan novel ini dikhususkan untuk remaja. Dominasi warna merah muda pada buku sepertinya kurang diminati oleh pembaca pria, karena sebagian orang menganggap warna merah muda identik dengan kaum perempuan.

Setelah membaca dan menganalisis, menurut saya novel ini menarik, layak untuk dibaca dan dipublikasikan kepada para pembaca. Tokoh-tokohnya dijelaskan dengan sangat baik dan jalan ceritanya jarang ditemui dan tidak mudah ditebak, pembaca seakan ikut terjun dalam dunia tokoh yang ada di dalamnya. Pesan yang ingin disampaikan oleh penulis dapat tersampaikan dengan baik kepada pembaca.



Rabu, 9 November 2016
https://resensibukupgsdupy.wordpress.com/2014/12/04/1329/