
Judul : Polkadot Love Lebih dari Memilih Hati
Penulis : Melia Love
Penerbit : Senja
Tahun Terbit : 2014
Tebal Halaman : 255 halaman
Harga : Rp 38.000,00
Novel ini adalah novel yang bertema romantis, yang membuat
pembaca hanyut terbawa suasana. Di dalam novel ini pembaca juga disuguhkan dengan kisah-kisah lucu seputar
tokoh. Di dalam novel ini dikisahkan bahwa ada seorang gadis SMA yang sangat tergila-gila
dengan polkadot. Gadis cantik ini bernama Kara. Kara anak yang ramah, dia
keturunan Swedia-Indonesia. Parasnya yang cantik dan semampai pastilah membuat
cowok-cowok menyukainya. Namun, kebanyakan cowok disekolahnya mundur teratur
karena tidak tahan dengan segala polkadotnya.
Kara terkenal dengan segala jenis bulatan, dari tas yang
dipakai, pita rambut, jam tangan, juga kipas yang sering dibawanya. Obsesi Kara atas segala jenis polkadot
membuatnya suka dengan semua bentuk bundar-bundar ini, tidak hanya itu hampir
semua benda yang dimiliki Kara pasti bermotif bintik-bintik, bulat- bulat, atau
totol-totol. Kara mempunyai
sahabat bernama Dimas. Dimas memang sahabat Kara yang paling dekat, mereka
bersahabat dari kecil. Dimas tak pernah mengeluh ataupun marah karena
polkadotnya Kara. Mungkin sudah kebal, karena dari kecil ia melihat Kara
seperti itu. Kara pernah berpacaran dan diminta cowoknya untuk menghilangkan
hobinya itu, tentu saja Kara tak mau, bahkan rela putus untuk mempertahankan
kesukaannya dengan polkadot. Gara-gara polkadotnya ini juga di sekolah Kara
harus bermasalah dengan kakak seniornya yang bernama Lilan. Kara selalu
di-bully oleh Lilan, meskipun
kakak seniornya itu mengerahkan segala macam cara untuk merusak semua
barang-barang polkadot Kara, namun Kara tak pernah takut dengan Lilan.
Pagi itu Kara berangkat lebih pagi dari biasanya, hati Kara
berdebar-debar karena ia bertemu dengan seseorang murid baru yang sangat
tampan, berkulit putih mulus layaknya anggota salah satu Boyband Korea yang melintas di hadapan Kara. Cowok itu bernama Jeremi. Entah
mengapa Jeremi sangat ketakutan ketika bertemu dengan Kara, Jeremi seakan tidak
berani membuka matanya dan berlari menjauhi Kara. Kara yang bingung segera
masuk ke kelasnya. Hari demi hari berlalu, karena masih penasaran Kara selalu
mencari tahu informasi yang berhubungan dengan Jeremi, tak disangka ternyata Jeremi adalah sahabat dari Lilan.
Berbagai cara telah dilakukan Kara untuk mendekati Jeremi. Kara membujuk Dimas
agar membantunya mengumpulkan informasi mengenai Jeremi dengan berkenalan lebih
dekat dengannya. Dimas bertanya dengan Jeremi mengapa ia selalu terlihat
ketakutan ketika melihat Kara. Ternyata Jeremi mempunyai fobia kepada hal-hal
yang berbau polkadot, dan ini dimilikinya sejak kecil.
Kara tidak kehabisan akal untuk mendekati Jeremi ia melepaskan
barang-barang polkadotnya jika sedang berdekatan dengan Jeremi. Kara memang
sangat menyukai Jeremi karena wajahnya yang sangat tampan. Namun Lilan selalu
menghalanginya, Lilan tidak suka melihat kedekatan Kara dengan Jeremi. Kara
memutar otaknya untuk meluluhkan hati Jeremi, ia tahu bahwa cinta yang tulus
akan menerima seseorang yang dicintainya tanpa merubahnya menjadi orang lain.
Karena itulah Kara berusaha dengan berbagai macam cara untuk menyembuhkan fobia
Jeremi. Kara membawa Jeremi ke sebuah atap gedung pada malam hari untuk melihat
indahnya cahaya lampu kota yang berbentuk bintik-bintik seperti polkadot.
Awalnya Jeremi memang merasa ragu, tetapi ternyata kali ini ia tidak merasa takut.
Namun hal itu tidak berlangsung sukses, Jeremi masih saja takut
dengan bentuk-bentuk polkadot yang dimiliki Kara. Lilan yang selalu menenangkan
Jeremi ketika fobianya itu kambuh. Lilan terlihat begitu lembut terhadap
Jeremi. Kisah demi kisah telah terlewati, ternyata ada perasaan berbeda di hati
Jeremi. Ternyata Jeremi menyukai Kara, ketika Jeremi ingin mengungkapkan
perasaannya kepada Kara, konflik pun terjadi. Dimas yang sejak kecil menjadi
sahabat Kara ternyata mencintai Kara dan Lilan yang sedari kecil menjadi
sahabat Jeremi ternyata juga mencintai Jeremi. Kara menyadari bahwa Jeremi
menyukainya hanya karena usaha Kara yang dengan tulus ingin mengobati fobia
Jeremi. Dan Jeremi juga tersadar bahwa seseorang yang selama ini dengan tulus
mencintainya adalah Lilan. Tak dapat dipungkiri perasaan yang selama ini tumbuh
di hati Kara terhadap Dimas bukan sekedar sayang dari seorang sahabat namun
lebih dari itu. Pada akhirnya tanpa disadari mereka menemukan cinta sejati
masing-masing.Terkadang cinta itu memang butuh pengorbanan dengan melepaskan
sesuatu yang telah dicintai lebih dulu. Tapi, terkadang juga tidak. . . .
Kelebihan dari novel ini adalah novel ini mengajarkan kita bahwa
cinta yang tulus tak akan pernah merubah seseorang yang dicintainya menjadi orang lain
yang bukan dirinya. Dan persahabatan akan membuat hidup kita menjadi lebih
berwarna. Novel ini membuat pembaca hanyut dalam cerita dan bahasanya yang
mudah untuk dimengerti, begitu juga ceritanya yang jarang ditemui dan tidak
mudah untuk ditebak. Novel ini juga ditulis dengan editing yang sangat ketat karena tidak ada satu pun kata yang salah
ketik. Desain dan komposisi warna merah muda dan putih membuat buku ini
terlihat cantik tidak hanya pada sampul buku, namun juga disetiap halaman yang membuat
pembaca tertarik untuk membacanya.
Kelemahan pada novel ini adalah sesi ceritanya yang cukup
panjang dan sedikit membosankan karena sebenarnya intinya hanya itu, namun
diceritakan dengan kalimat yang panjang. Dan penggunaan kata serapan seperti “gue” atau “lo” yang sepertinya menunjukkan novel ini dikhususkan untuk remaja.
Dominasi warna merah muda pada buku sepertinya kurang diminati oleh pembaca
pria, karena sebagian orang menganggap warna merah muda identik dengan kaum
perempuan.
Setelah membaca dan menganalisis, menurut saya novel ini
menarik, layak untuk dibaca dan dipublikasikan kepada para pembaca.
Tokoh-tokohnya dijelaskan dengan sangat baik dan jalan ceritanya jarang ditemui
dan tidak mudah ditebak, pembaca seakan ikut terjun dalam dunia tokoh yang ada
di dalamnya. Pesan yang ingin disampaikan oleh penulis dapat tersampaikan
dengan baik kepada pembaca.
Rabu, 9 November 2016
https://resensibukupgsdupy.wordpress.com/2014/12/04/1329/
0 komentar:
Posting Komentar