Tahajud Cinta di Kota New York
**Perjuangan Dara Paramitha memperbaiki masa lalunya**

Judul : Tahajud
Cinta di Kota New York
Penulis : Arumi E
Penerbit : Zettu
Terbit : 2013
Tebal : 420 halaman
Mengenakan
kerudung di tengah lingkungan bebas memang penuh rintangan. Seorang gadis asal
Indonesia yang kuliah di kota New York bernama lengkap Dara Paramitha ini ingin memperbaiki hidupnya di
masa lalu ketika bertemu Aisyah Liu, seorang muslimah asal Ningxia Hui di
China, keturunan suku Hui yang mayoritas beragama Islam yang sama-sama sekampus
dengannya.
Mereka
bertemu hingga dekat berawal saat Dara membela Aisyah yang dipermainkan oleh
teman sekelasnya sendiri, Brian, hanya karena penampilan Aisyah, Brian memang
sering sekali meledek cara berpakaian Aisyah. Awalnya Dara hanya ingin membantu
agar Aisyah lebih terbuka dan bergaul dengan banyak teman.
Aisyah Liu,
gadis berkerudung yang penampilannya beda daripada yang lain, tak banyak yang
memakai kerudung di kampus. Saat di Indonesia, Dara sering melihat gadis-gadis
muslim memakai kerudung tampak trendi. Sedangkan Aisyah, memakai kerudung
dengan cara yang sederhana. Kerudung gadis itu tebal dan lebar, dilipat menjadi
bentuk segitiga. Ia pasang simetris menutupi rambutnya, lalu hanya diberi
peniti tepat di bawah dagunya. Kerudung itu menutupi bahu, dada dan
punggungnya.
Saat Dara
mengomentari penampilan Aisyah di kantin kampus, “kerudungmu itu yang membuatmu mencolok. Tidak banyak gadis yang
memakai kerudung di kampus ini. Kau pendiam sekali, membuat orang yang melihatmu
jadi menduga-duga kau punya rahasia apa di balik kerudung panjangmu. Aku juga
muslim, tapi kau lihat sendiri, penampilanku berbaur dengan yang lainnya.
Sedangkan kamu tampak seperti orang asing di sini.” ( hal 6-7).
“Aku memang orang asing di sini, aku bukan warga Amerika. Tapi aku
tak mau berpakaian ala gadis Amerika hanya supaya diterima dalam pergaulan
kampus. Aku seorang muslimah yang ingin menjaga kehormatanku dengan berpakaian
sopan dan tertutup. Maaf jika penampilanku terlihat aneh.” (hal 7)
Obrolan itu
pun semakin panjang. Dara juga baru tahu kalau di kampusnya ada pengajian, ia
tak menyangka masih ada mahasiswa yang berminat mengaji di sini. Dara hanya
tersenyum, dalam hati ia merasa malu, karena sebagai Warga Negara Indonesia
yang beragama Islam. Ia akui, kalau ia bukanlah penganut Islam yang tekun
beribadah seperti Aisyah Liu. Apalagi semenjak kuliah dan tinggal di New York. Ia semakin
jarang shalat. Bahkan saat bulan Ramadhan di kota ini, ia tak sanggup ikut
berpuasa enam belas jam lamanya.
Enam bulan
kemudian, gadis bertopi bundar, selalu berpakaian terbuka dan berusia dua puluh
satu tahun bernama Dara itu sudah memulai mengenakan kerudung. Ia yakin dengan
keputusannya ini. Ia sudah mempertimbangkannya selama sebulan dan
mempelajarinya selama empat bulan penuh. Dara tak tahu apa konsekuensi yang
harus ia hadapi setelah ia berubah. Tapi menurutnya, ini adalah perubahan
menjadi lebih baik. Apa salahnya?
Saat Dara
mengenakan kerudung. Aisyah berkata untuk memastikan apakah Dara sudah
benar-benar siap atau belum, “setelah kamu mengubah penampilanmu, kamu tidak
boleh lagi menghindari pesta-pesta di klub malam. Tak boleh lagi kencan dengan
seorang cowok. Apa kamu sanggup Dara?” (hal19)
Dara
tersenyum.
“Sudah puluhan kali kamu menanyakan itu, Aisyah. Kamu dan Hajjah
Safina sudah berulang kali juga menjelaskan tentang ini padaku, kan? Aku sudah
tahu segala konsekuensinya dan aku siap menanggungnya.” (hal 19)
Aisyah memperkenalkan
Dara dengan pengajian kampus, padahal selama di Indonesia, dia tak pernah
mengikuti pengajian di mana pun. Setelah Dara menyimak penjelasan Al-Quran
mengenai kedudukan wanita dalam Islam, kini ia memahami betapa agama Islam
justru menjaga dan menjunjung tinggi kehormatan wanita. Keharusan berpakaian
serba tertutup bagi seorang muslimah menjadi masuk akal bagi Dara.
Keadaan pun
berbalik. Awalnya Dara ingin membuat Aisyah Liu menjadi gadis yang lebih gaul
dan bergaya sedikit modern. Kenyataannya, Aisyah tak bisa berubah. Ia tetap
diam dan caranya memakai kerudung tetap sederhana. Justru Dara yang mulai
terpengaruh gaya hidup Aisyah yang sangat Islami, berpakaian serba tertutup dan
tampil bersahaja.
Dara kemudian
teringat pada orangtuanya nanti jika melihat penampilannya berubah menjadi
serba tertutup dan berkerudung. Dan yang paling membuatnya tak tenang adalah
Keira, teman sekamarnya dan sekaligus sahabatnya yang berasal dari Indoensia
juga. Gadis yang sangat menikmati super modern dan bebas di New York,
yang hobi dansa di klub malam, yang teman kencannya selalu berganti-ganti,
persis dengan Dara enam bulan yang lalu saat belum bertemu dengan Aisyah Liu.
Keira pasti yang paling kaget melihat penampilan baru Dara.
Ternyata
benar, Keira tak percaya kalau teman sekamarnya mengenakan kerudung dan pakaian
yang gombrang. Selama ini Dara selalu modis dalam berpakaian. Selama beberapa
hari itu pun, Keira dan Dara tak pernah bertegur sapa, karena setiap Keira ajak
ke klub malam, Dara selalu menolak.
Ditambah
dengan Brian, yang mengidolakan Dara selama ini, dia merasa kecewa dengan
penampilan Dara yang serba tertutup.
Dara terus
berjuang meninggalkan masa lalunya, menghadapi dengan kuat dan sabar
setiap mendapat kritikan bahkan hinaan dari sahabatnya, Keira. Saat bangun dari
tidurnya di sepertiga malam, Dara selalu menyempatkan untuk shalat sunnah
Tahajud, namun karena Keira sahabatnya itu selalu marah ketika mendengar suara
Dara di sepertiga malam, Dara selalu bersikap hati-hati dan tidak menimbulkan
gaduh sedikit pun. Ditambah saat Dara berpuasa pun, sahabatnya tak henti
meledeknya, biasanya Dara yang tak pernah berpuasa, Dara kali ini benar-benar
berubah di mata Keira. Keira semakin kesal pada sahabatnya itu. Namun tetap
saja, Dara selalu tersenyum dan menjawab ramah kepada Keira. Keira sebenarnya
tidak membenci Dara, hanya saja benci dengan perubahan Dara.
Keira mulai
berbaikan dengan Dara karena menyukai Richard teman sepengajian Dara yang baru
masuk islam juga, namun lebih dulu dari Dara. Demi mendekati Richard, Keira
sampai membela-belakan dirinya ikut pengajian dan setiap ada acara yang
berhubungan dengan agama, Keira selalu menyempatkan waktunya ikut.
Novel ini semakin
menarik ketika hadir sosok Brad Smith seorang pianis yang dipertemukan dengan
Dara dengan cara mengesankan. Dara pertama kali dipertemukan dengan Brad ketika
Dara ditodong dan dirampok, bisa dibilang Brad adalah seorang hero bagi Dara.
Karena dipertemuan selanjutnya, Dara selalu bertemu dengan Brad ketika
menyelamatkannya.
Semakin Brad
mengenal Dara, ia semakin tertarik pada gadis ini. Begitu pun Dara, awalnya dia
merasa risih karena Brad selalu mengikutinya dan jalan berdua dengannya. Dara
merasa Brad selalu mengganggu perasaannya. Sampai pada suatu saat Brad mengajak
Dara kencan, di sinilah Dara mulai mengenalkan bahwa agamanya tidak
memperbolehkan seorang gadis berkencan dan apalagi pacaran. Hingga akhirnya
Brad pun meminta Dara menjadi istrinya.
“Aku jatuh cinta padamu dan ingin menikah denganmu Dara,” ucap Brad. (hal 307)
“Please, Brad. Jangan menuruti keinginan sesatmu. Nanti kau
menyesal. Lagipula, aku tak mungkin menikah denganmu, Brad. I am Sorry, sebaiknya kau
jangan mengharapkan aku lagi,” sahut Dara
masih menolak Brad. ( hal 307)
“Mengapa tidak mungkin? Memangnya apa salahku? Kenapa aku tak
pantas menikah denganmu?” tanya Brad. (hal 307)
“Tidak ada yang salah denganmu, Brad. Aku tahu kamu baik. Tapi
perbedaan kita terlalu banyak. Aku seorang gadis muslim, tidak boleh menikah
dengan laki-laki yang tidak seagama denganku. Ini adalah peraturan yang tak
boleh dilanggar.” (hal 307)
“What are you kidding me? Aku masih menerima kamu dilarang pacaran.
Tak boleh pergi berdua bergandengan tangan atau berciuman. Tapi kau juga tak
boleh menikah denganku hanya karena aku tidak seagama denganmu? Peraturan macam
apa itu? Di jaman modern ini masih ada peraturan kuno seperti itu?” (hal 307-308)
“Ini bukan peraturan kuno, Brad. Tapi memang begitulah yang
disyaraktkan agamaku. Dan aku memilih untuk taat dengan peraturan
agama-agamaku. Aku taat karena aku yakin dengan kebenarannya,” sahut Dara. (hal
308)
“Jadi ... dengan kata lain, kita tidak mungkin menikah kecuali
kalau aku juga menjadi seorang muslim?” tanya Brad. (hal 308)
Dara mulai
mengenalkan agama Islam pada Brad, Brad pun akhirnya mengerti dan mau
mempelajari agama Dara. Hingga entah mengapa hatinya merasa tersentuh ingin
memasuki agama Islam. Brad bilang, keinginannya masuk Islam bukan karena ia
mencintai Dara, namun karena ia benar-benar yakin kalau Islam adalah agama yang
tepat untuk diantunya.
Namun Dara
juga dihadapkan pada suatu pilihan. Richard yang mengutarakan isi hatinya pada
Dara dan ingin agar Dara menjadi istrinya sudah lama, seorang muslim yang dulu
pernah dikagumi Dara. Begitu pun Brad yang sudah lama dan berusaha untuk mengambil hati Dara
dan mempelajari agama Islam. Dara juga merasa ia selalu diganggu perasaannya.
Siapakah yang
akan Dara pilih? Brad atau Richard?
Novel “Tahajud Cinta di kota New York” ini
benar-benar membuat saya takjub dan berdecak kagum. Ini adalah novel yang
sangat menginspirasi buat saya, menyuguhkan berbagai konflik yang membuat
seorang Dara malah lebih kuat dan teguh pada keputusannya mengenakan kerudung.
Selain best seller, dan lebih menakjubkannya lagi, novel ini juga akan diangkat ke
film layar lebar. Dan novel ini sudah ada sekuelnya berjudul “Hatiku Memilihmu”. Sudah
beredar di seluruh toko buku Indonesia.

Rabu, 9 November 2016
0 komentar:
Posting Komentar