Kamis, 17 November 2016

Resensi Novel Prelude : Nada Rahasia Cinta


Image result for resensi novel prelude

Judul                : Prelude: Nada Rahasia Cinta
Pengarang        : Sam Umar
Penerbit           : teen@noura (NouraBooks)
Tebal                : 267 hlm
Cetakan 1        : April 2014
ISBN               : 978-602-1306-18-5


Sinopsis:
            Bach festivalFestival Musik Klasik
            Sesuatu memang harus diungkapkan supaya enggak ada rasa sakit

            Ada dua impian Tina. Kuliah musik di Leipzig dan menyaksikan Festival Bach. Satu per satu impiannya terwujud. Dia pun belajar selo dengan Maria Tan, pemain selo profesional idolanya. Dia juga dekat dengan Hans, seniornya yang jago main keyboard.

            Dan saat musim panas menjelang, Tina semakin bahagia. Akhirnya Fesstival Bach! Tina memilih Prelude dari Cello Suite No. 1 untuk audisi festival. Dan ternyata, karya inilah yang menguak rahasia-rahasiatentang siapa sebenarnya Maria Tan, juga tentang perasaan Hans yang sesungguhnya.


Comment:
            Novel musikal pertama yang saya baca ini adalah terbitan NouraBooks (teen2noura) yang seri festival. Menceritakan tentang Tina yang sukses meraih mimpinya untuk bisa belajar musik (terutama selo) di Leipzig, Jerman. Memperkenalkannya pada seorang sahabat bernama Hans, serta seorang dosen favorit yang juga pemain selo profesional bernama Maria Tan. Hal itu juga memberinya kesempatan untuk turut audisi guna meramaikan Festival Bach, yang akan memperdengarkan kembali karya-karya komponis Jerman, Johann Sebastian Bach pada musim panas ini. Sebenernya buku ini menambah pengetahuan saya tentang musik klasik dan tentang Bach sendiri. Walaupun sebenarnya nggak ngerti-ngerti amat sih, mungkin karena saya nggak begitu tertarik dengan musik klasik kali ya. Tidak banyak sih yang bisa diceritakan kembali dari buku dengan cover meriah ini. Karena di dalamnya kebanyakan berisi informasi mengenai Bach dan karya-karyanya, yang dikemas dalam bentuk cerita menarik yang memadukan narasi serta dialog dalam menjelaskannya. Meskipun jujur aja, saya sempet beberapa kali mengantuk dan bosan saat membaca bagian itu, hihihihiii.

            Meski tak melulu tentang musik, cerita yang mengiringi selanjutnya adalah kisah cinta segitiga antara Tina, Hans, dan Nadine. Tina yang selama ini diam-diam tertarik pada sahabatnya itu (meski dia tak menyadarinya sampai Nadine dekat dengan Hans), merasa tak nyaman dengan Nadine yang mengaku suka dan terang-terangan mendekati Hans. Lalu, yang membuat sebal, Hans sendiri sepertinya bimbang akan situasi itu. Akhir yang tidak begitu memuaskan untuk kisah cinta ini pun sempat membuat saya kecewa (segitu doang? gitu aja? Itulah reaksi saya setelah membaca akhir kisah cinta Tina-Hans-Nadine ini. Tapi ya sudahlah, mungkin karena fokus kisah ini lebih ke Bach dan musik-musiknya, serta kecintaan Tina sendiri pada Bach, jadi membuat kisah cinta ini terkesan ala kadarnya dan sedikit dipaksakan).

            Dan tentang Maria Tan, dosen cantik yang juga memiiliki kedekatan khusus dengan Tina karena mereka sama-sama bermain selo. Dan bagi Tina, Maria seperti seorang ibu yang selalu mendukungnya selama berkuliah di Leipzig. Karena ternyata, orangtua Tina telah lama berpisah dan gadis itu tak pernah tahu menahu siapa ibunya seumur hidupnya. Selama bertanya pada sang ayahpun, tak ada jawaban yang didapatnya hanya selain perintah untuk melupakannya saja. Meski akhirnya Tina berusaha mencari tahu dan menemukan jawaban atas segala pertanyaannya yang selalu diabaikan oleh ayahnya itu. Sebenarnya, saya sudah bisa menduga twist ini sejak pertama membaca backcover-nya. Dan tebakan saya benar. Hanya, saya sangat salah dalam membayangkan reaksi yang muncul dari tokoh-tokoh yang bersangkutan. Saya kira akan ada drama yang betul-betul drama, dalam artian, real life drama yang seharusnya terjadi saat sebuah kenyataan mengejutkan terungkap. Dan di sini, kesannya si Tina santai-santai saja menghadapinya. Baginya, seolah mudah saja menerima kenyataan yang seperti itu (atau saya-nya aja kali ya yang sukanya lari dari kenyataan dan mendramatisir,, wkwkwkwk).

            Tapi intinya sih, novel ini bagus untuk para penggemar musik klasik, tapi juga tak kalah menarik buat mereka yang nggak ngerti-ngerti amat tentang musik itu dan sejarahnya, karena kita justru diajak berkeliling Jerman untuk mengetahui jejak-jejak kehidupan komponis terkenal di dunia itu beserta karya-karyanya yang luar biasa. Nambah pengetahuan banget kan? Keren banget saat sang penulis bisa betul-betul menceritakannya dengan mendetail (kabarnya beliau juga komponis musik multimedia yang mengagumi Bach). Membuat saya jadi kepingin untuk mengunjungi Leipzig dan menyaksikan Festival Bach di sana (bukan buat kuliah sih, tapi jalan-jalan aja | ngimpi aja lo! | siapa tahu jadi nyata kan -_- ). Walaupun kisah-kisah yang melatarinya menurut saya agak kurang greget dan memuaskan. Dan ada salah satu kutipan yang saya suka dan dikatakan oleh Maria Tan.

.. kesempatan sebetulnya tetap terbuka , tetapi kita tidak pernah tahu kapan hal itu akan datang.. Peluang itu ada karena tentunya saya sudah siap untuk menerimanya hal.57


            Mengajarkan kita untuk tak pernah menyerah dalam berusaha dan berlatih untuk mengasah passion kita. Karena kita memang tak pernah tahu kan, kapan kesempatan akan datang kepada kita. Dan disiplin dalam beratih juga membuat kita menjadi siap dalam menerima kesempatan yang ada. Kita belajar dari Tina yang tak pernah menyerah menggapai mimpinya dalam meraih pendidikan di negeri kelahiran komponis favoritnya dan terus berlatih agar permainan selo-nya semakin mahir dan memukau, sehingga ia bisa meraih satu lagi impiannya yang terbesar, yaitu mengikuti Festival Bach. Dua bintang untuk novel kece ini .



Kamis, 17 November 2016
Sumber : https://storyofdeika77.wordpress.com/2014/08/20/prelude-nada-rahasia-cinta/

0 komentar:

Posting Komentar